Dijajah Vendor Tiongkok

Selasa, 24 Maret 2015 - 11:43 WIB
Dijajah Vendor Tiongkok
Dijajah Vendor Tiongkok
A A A
Enam dari sepuluh merek ponsel terlaris di dunia berasal dari China. Jangan heran jika kemudian ekspansi mereka terasa sampai ke Indonesia.

Apa dan bagaimana mereka bisa melakukannya? Ponsel asal Tiongkok saat ini tidak lagi berkolerasi pada model low end, murahan, dan tidak bergengsi. Karena semua vendor China tidak hanya memiliki varian yang menyasar kelas premium, melainkan juga sangat cepat dalam mengadopsi teknologi baru seperti smartwatch.

Jadi, dalam hal teknologi, kemampuan R&D vendor China sama inovatifnya dengan Korea Selatan, Amerika, Jepang, juga Taiwan. Tidak percaya? Lihat bagaimana Lenovo mengakuisisi Motorola dari Google pada akhir 2014. Lihat pula betapa agresifnya Huawei membuat chip sendiri (Kirin) untuk mentenagai model smartphone premium mereka.

Atau, ikuti strategi Xiaomi dalam menghadirkan ponsel terjangkau dengan fitur yang mendekati atau bahkan setara dengan model diatasnya. Belakangan vendor-vendor asal Tiongkok itu semakin agresif menggempur pasar lokal. Hampir setiap minggu, misalnya, Lenovo Indonesia meluncurkan ponsel baru.

Tahun lalu Xiaomi membuktikan bahwa ponsel mereka diserap sangat baik lewat ritel online, ketika Redmi 1S terjual 85 ribu unit dalam 2 bulan di Lazada Indonesia. Direktur PT Erajaya Swasembada Djohan Sutanto menilai, ponsel Tiongkok cepat diserap karena harganya terjangkau dan sesuai tingkat ekonomi masyarakat.

”Bermain di pasar Rp5 juta kebawah, masyarakat melihat harga ponsel Tiongkok kompetitif tapi memiliki fitur yang tidak kalah dengan model lain yang lebih mahal,” katanya. Selain itu, Djohan melihat bahwa vendor Tiongkok melakukan strategi marketing yang agresif dan efektif.

Misalnya aktif memasang iklan, serta giat menjalin kerjasama dengan distributor dan operator untuk melakukan penetrasi pasar. Konsumen seperti Larissa Huda hanya punya satu pertimbangan saat ingin membeli ponsel. Yakni, harga. Dengan bujet hanya Rp1,5 jutaan, ia memilih ponsel mana yang memiliki fitur dan spesifikasi terbaik terlepas dari mereknya.

Akhirnya, pilihannya jatuh ke Oppo. ”Mau tidak mau saya harus harus beralih ke smartphone untuk mendukung aktivitas. Tidak ada salahnya memilih merek Tiongkok jika memang mumpuni,” katanya.

Selama 5 bulan memakai, ada sejumlah fitur yang ia favoritkan. Misalnya screen capture dengan mengusap tiga jari di layar, atau membuka aplikasi kamera dengan mengusap layar dalam bentuk lingkaran. Pertimbangan soal harga ini juga dirasakan oleh I Putu Surya Permadi ketika memilih Lenovo P780. ”Sebelum membeli ponsel, saya selalu membandingkan harga, fitur, serta track record brand,” katanya.

”Setelah dipakai 1,5 tahun, saya tidak mengalami masalah kecuali lecet karena terjatuh,” ia menambahkan. Country Leader Smartphone Division Lenovo Indonesia Adrie R. Suhadi mengatakan, kontribusi Tiongkok untuk pasar ponsel pintar sangat besar. Tidak hanya di Asia Pasifik, tapi juga di Indonesia. ”Dari hanya bermain di pasar lokal China, Lenovo tumbuh cepat sekali. Pada kuartal 4 2014 sudah menduduk posisi 3 dunia,” katanya.

Djohan menilai kehadiran ponsel Tiongkok berkontribusi terhadap pertumbuhan produk ponsel pintar di Indonesia yang relatif stabil. ”Sisanya diisi oleh brand nasional yang juga tumbuh. Bedanya, brand lokal lebih bayak bermain di segmen Rp1 jutaan,” katanya.

Binti mufarida
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6750 seconds (0.1#10.140)